Aku menemukan
Minho yang duduk bersama seorang gadis di taman sekolah. Posisi mereka berdua
membelakangiku sehingga aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa gadis yang
sedang bersamanya. Dari seragam yang dikenakan gadis itu aku bisa tahu kalau
dia bukan siswi sini. Memang, saat ini sekolah kami sedang mengadakan pekan
olahraga. Jelas saja ada murid dari sekolah lain yang berkeliaran. Rasa
penasaran yang tak bisa ku bendung lagi membawa langkahku mendekati mereka
berdua.
“Ah! Mayu!”
ternyata gadis itu Mayu Watanabe. Sepupuku sendiri. Pantas saja aku familiar
dengan penampilannya. Rambutnya yang berwarna hitam pekat, panjang, terjuntai
indah bak gadis –gadis di iklan shampoo. Poninya yang panjang menyentuh ke dua
alisnya yang tipis. Hidungnya yang hampir ‘offside’ dan bibirnya yang tipis
membuatnya terlihat manis walau tanpa senyuman. Angin tiba-tiba saja menyapu
lembut rambutnya. Membuat gadis itu berusaha merapikan rambutnya kembali. Kalau
Mayu menguncir 2 rambutnya dia akan sukses meng-cosplay Misa Amane.
“Yuki!” Mayu
memamerkan deretan giginya yang putih itu. Dia menepuk-nepuk bangku di
sebelahnya memberi isyarat agar aku duduk di sana.
“Kalian saling
kenal?” dahi Minho mengernyit menatap kami berdua bergantian.
“Yuki itu
sepupuku!” baru saja aku membuka mulut hendak menjawab pertanyaan Minho
ternyata Mayu lebih dulu menjawab. Aku menaikkan ke dua bahuku menatap Minho.
“Kamu kenal Mayu
dari mana? Facebook? Twitter? Atau coba-coba sms asal?” kali ini aku membiarkan
rasa penasaranku meluap begitu saja. Minho tertawa kecil sebelum akhirnya
menjawab pertanyaanku.
“Aku bertemu Mayu
waktu bertanding di sekolahnya”
“Lalu?”
“Dan aku kembali
bertemu denganya di sini, di saat festival olahraga”
“Minho pacarnya
Yuki?” pertanyaan yang ku harap jawabannya ‘iya’ tapi terasa konyol jika
benar-benar ku jawab ‘iya’.
“Bukan”
“Ooh” Mayu
menatapku dengan wajah imutnya itu. Sementara Minho membuang pandangannya
sambil menggaruk tengkuknya.
“Kalian mau makan
apa? Biar aku yang traktir”
“Serius nih
Minho? Yeee!” ekspresi wajah Mayu terlihat seperti anak kecil yang baru saja
mendapat permen chupa chups. Aku tertawa kecil menatap keduanya.
+++
“Minho itu
orangnya baik ya”
“Ya, memang”
“Dia juga baby
face”
“Hmm ya, dikit”
“Juga jago
basket” sepanjang jalan pulang Mayu terus saja membicarakan Minho. Aku mulai
curiga padanya.
“Ng? kenapa Mayu?
Kok tiba-tiba berhenti?” gadis itu menghentikan langkahnya, menatapku dalam.
Kali ini ekspresi wajahnya serius.
“Yuki bukan
pacarnya kan?” dia berbicara dengan nada datar-dingin.
“Tentu saja bukan
he..he” aku menggaruk kepalaku kikuk. Mayu kembali berjalan setelah
mendengarkan pernyataanku.
“Kalau begitu aku
boleh dong suka sama Minho” apa? Apa yang barusan dikatakannya? Apa aku salah
dengar?
“Yuki kenapa?”
aku menatap Mayu sambil berusaha bersikap seakan tidak terkejut dengan
kata-katanya tadi.
“Ng… congrats!”
“Congrats? Untuk
apa?”
“Congrats
karena…… kamu telah memilih laki-laki yang baik!” ucapku berusaha membuat
alibi.
“Oooh.. aku kira
Yuki suka sama Minho” memang! Bantinku dalam hati. Tapi apa dayaku? Mayu sudah
lebih dulu mengatakan kalau dia suka Minho. Kami suka dengan orang yang sama,
hanya waktu penyampaiannya saja yang berbeda. Mungkin jika aku lebih dulu
mengatakan ‘suka Minho’ Mayu lah yang akan mundur. Bukan aku.
“Aku hanya teman
dekatnya saja. Eh, mungkin Minho menganggapku seperti kakak kandungnya saja.
Tidak lebih”
“Aku terpana
ketika pertama kali melihat dia bermain di lapangan” tepat sekali! Aku juga
terpana ketika pertama kali melihat dia di sekolahku. Minho memang pantas
menyandang sebutan Charismatic Flame.
“Orang itu, haha
sepertinya dia punya magic khusus ya”
“Yuki mau kan
membantuku untuk dekat dengannya?”
“A-Apa?”
0 komentar:
Posting Komentar