Chapter 4
Selama winter young min mencari tempat yang enak untuk dia bergalau ria.
Setiap hari dia selalu mampir ke danau yang beku dan dijadikan tempat untuk ice
skating. Awalnya dia berpikir ‘aku tidak bisa hidup tanpa eun hye’ kemudian
slogannya berubah ‘aku tidak bisa hidup tanpa udara dan uang’. Akhirnya spring
pun tiba. Bunga-bunga bermekaran kecuali bunga desa dan bank. Young min datang
ke kelas dengan mata sembap. Kantung matanya memiliki kantung mata lagi karena
terlalu banyak menangis dan galau 24 jam non-stop.
“winter kemana aja lo?”. Chan ho menghampiri young min tanpa dosa.
“hah? Oh ke purwokerto”. Jawabnya santai.
“purwokerto itu dimana?”. Chan ho menaikkan sebelah alisnya.
“di Thailand”. Dengan nada datar. Seperti biasa, young min membaringkan
wajahnya diatas meja. Sementara itu chan ho masih bingung dengan sikapnya.
“terus mata lo kenapa punya kantong gitu?”.
“oh ini?”. Sambil menujuk matanya. “gue marathonan film Rambo, jurassic
park, jaws 3, tremors, house of wax, paranormal activity 4, resident evil…”.
“terus dimana sedihnya?”.
“sambil ngupas bawang”.
“terus?”.
“terus gue mesti bilang WOW sambil kayang gitu?”. Young min memendamkan
wajahnya di atas tasnya. Semenjak kejadian itu, young min tetap bicara dengan
chan ho tanpa menyinggung sedikit pun tentang eun hye. Beberapa minggu kemudian
mereka menghadapi ujian semester.
+++++
Saat itu chan ho dan young min sedang berjalan di koridor. Beberapa
perempuan menatap mereka. Bahkan ada yang keceplosan ‘young min kece’ tapi
young min bersikap cool.
“sejak pake sasha langsung banyak fans nih”.
“sotoy, orang gue pake cat tembok”.
“mungkin karena lo diem jadi terlihat cool kali ya, kan biasanya lo
ribut ga jelas”. Mereka berdua tertawa. Dari belakang seseorang meneriakkan
nama chan ho. Mereka berdua menoleh ke belakang dan melihat eun hye berlari
mengejar mereka.
“kamu ga dateng ke kelas ku? Kita kan mau makan makanan kesukaanmu. Nih
udah aku buatin, semur jengkol saus korea mix spanyol. Susah loh buatnya”. Eun
hye mengucapkannya tanpa dosa, sementara itu chan ho sudah keringat
panas-dingin bagai dispenser. Young min menatap chan ho dengan flat. Kemudian
menepuk pundaknya.
“selamat ya”. Dengan gaya cool yang dibuat-buat dan menegarkan hati
young min berjalan menjauhi mereka berdua.
“young min!”. teriak chan ho. “gue bisa jelasin!”.
“percuma. Gue juga udah tau yang pas White Christmas. Bahkan gue
menyaksikan secara live”. Ucapnya sambil membelakangi chan ho. Begitu sampai di
tangga, dia langsung berlari mencari spot bagus buat bergalau ria.
“Jo Young Min!”. kepala sekolah, pak Pan Jul menghampirinya. “kamu
kenapa? Kok nangis?”. Tanyanya bingung.
“oh bukan pak, ini tadi saya kelilipan hehe. Mau ke toilet siram pake
air pak”. Membuat alibi.
“toilet di lantai 2 young min, ini kan lantai 1”.
“eh? Wah pak efek samping kelilipan ini pak”.
“oh… selamat ya kamu peringkat 1 di kelas”. Menjabat tangan young min.
“hah? Ah yang boong pak?”. Young min mengucek matanya.
“iya bahkan kamu peringkat 1 paralel!”. Pak Pan Jul langsung memeluknya.
“CIUS PAK?”. Young min langsung berlari ke papan nilai dan melihat
namanya berada di posisi pertama.
Peringkat
|
Nama
siswa
|
Total
Nilai
|
1
|
Jo
Young Min
|
99,99
|
2
|
Jung
Sung Ha
|
95
|
3
|
Kim
So Eun
|
90,05
|
4
|
Choi
Seung Hyun
|
91,01
|
5
|
Song
Chan Ho
|
90,95
|
6
|
Im
Yoon Ah
|
90,55
|
7
|
Park
Hyo Min
|
88,53
|
8
|
Im
Yoon Ah
|
88,40
|
Young min masih tidak percaya. berulang kali dia mengusap kertas itu.
Takutnya salah ketik. Tapi ternyata memang benar dia berada di posisi pertama
se-angkatannya. Dia langsung memeluk sung ha yang berada di sampingnya.
“eeekk… woi gue sesek napas bang”. Young min pun langsung melepaskannya
dan berteriak seperti orang gila. Di bawa bunga sakura yang bermekaran, dengan
angin musim semi yang berhembus, young min menari ala Irfan Bachdim yang
berhasil mencetak gol. Satu pelajaran
untuknya, dengan merelakan sesuatu meskipun berat tapi ikhlas, kita akan
mendapatkan imbalan yang setimpa.
THE END