Chapter 3
Akhirnya tiba musim winter. Selama itu, young min mulai menjadi pusat
perhatian beberapa perempuan setelah kejadian dia tampil memainkan river flows
in you dan merubah warna rambutnya. Tapi tetap saja hanya satu perempuan yang
dicintainya, eun hye. Di luar sedang White Christmas. Dengan baju hangat dia
keluar rumah dan menuju pusat kota untuk melihat pertunjukkan pohon natal saat
turun salju. Sambil menuju pusat kota dia terus mendengarkan lagu mistletoe
milik Justin Bieber, memang sangat pas momennya. Seandainya saja pergi
menyaksikan pohon natal bersama eun hye, pasti gue langsung meleleh, pikirnya.
Tiba-tiba saja seorang perempuan menghampirinya.
“hei, kamu young min kan?”. Seorang perempuan datang sambil membawa 2
coklat hangat.
“tau dari mana? Eh kayanya pernah liat deh”. Young min berusaha
mengingatnya.
“haha aku So Eun, kita pernah berpapasan di ruang musik. Waktu itu aku
bersama eun hye”.
“ooohh! Iya! Kok bisa tau namaku?”. Young min menahan rasa ge-ernya.
“eun hye pernah cerita padaku, oh iya mau ini engga?”. Sambil menyodorkan
segelas coklat panasnya.
“eh hgn.. terima kasih”.
“aku tadi beli buat teman ku tapi dia ternyata sudah beli”.
“eun hye bukan?”. Tanyanya mulai sotoy.
“….iya”. tanpa basa-basi young min langsung berlari mencari eun hye.
Menurut mitos, kalau kita menyatakan cinta saat White Christmas, maka cinta
kita akan terbalaskan. Maka itu young min berniat untuk menyatakannya. Dia
berhenti sebentar dan menghela napas. Asap putih berhembus dari mulutnya.
Perlahan dia melilitkan syal di lehernya hingga menutupi mulut. Baru beberapa
langkah, dia melihat sosok yang tak asing, chan ho yang berdiri di seberang.
Niat akan menyapa tapi suara young min tertahan. Sesosok perempuan menghampiri
chan ho. Dia membisikkan sesuatu di telinga perempuan itu. Perempuan itu
tertawa kecil dan menghadap chan ho. Perlahan wajah mereka semakin dekat,
hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Merasa penasaran dan berniat ingin
menjahili, young min meng-zoom in matanya. Saat itu young min menyadari kalau
perempuan itu ternyata… eun hye. Sakit, nyesek, kecewa, marah, jadi sepaket.
Seseorang menepuk pundak young min dari belakang.
“kamu kenapa?”. Tanya so eun dengan suara lembutnya. Tapi young min tidak membalasnya dan malah
berjalan menjauh sambil memasukan kedua tanganya ke kantong. So eun terus
mengikutinya dari belakang.
“young min kenapa?”. So eun berdiri di depannya dan melihat mata young
min yang berkaca-kaca. Young min masih membisu.
“kamu….suka eun hye ya?”.
“kamu sudah tau jawabannya”. Sambil terus melangkah. So eun tetap
mengikuti di sampingnya.
“mereka…. Sudah lama jadian”. Young min berhenti dan menatap so eun.
“sejak kapan?”.
“sehari setelah pertandingan basket, sehari sebelum ujian dimulai”.
Young min diam dan berpikir itu artinya sebelum mereka bertemu di ruang musik.
“jadi, waktu itu eun hye tersenyum bukan untukku, melainkan untuk chan
ho karena dia adalah pacarnya…”. Mereka berdua terdiam. Suasana hening sesaat.
“kalau dia jodohmu dia tidak akan kemana-mana. Tapi kalau dia
kemana-mana berarti bukan jodohmu meskipun kamu sudah mencoba segala cara untuk
menarik perhatiannya. Termasuk bisa bermain keyboard dan merubah penampilanmu.
Percayalah, jika dia benar mencintaimu, dia tidak akan merubah penampilanmu.
Satu lagi, chan ho sudah akrab dengan eun hye sejak hari pertama masuk
sekolah”. Ucap so eun. Akhirnya young min tersadar. Memang selama ini usahanya
nol besar. Tapi dia tahu kalau jika dipaksakan juga tidak mungkin. Mau marah
sama chan ho juga tidak mungkin. Dia tidak sepenuhnya salah. Mungkin yang salah
tukang rujak, aquarium kok diisi buah. Atau tukang potokopi, 4 x 3 kok 2000.
Remed tuh pasti matematikanya. Apa kalkulatornya rusak?TBC....
0 komentar:
Posting Komentar